Jumat, 22 Maret 2019

Downtown Survivor

Singapore

Selepas dari Sentosa island, aku mampir ke foodcourt Vivocity mall untuk makan siang menjelang sore. Vivocity adalah mall yang terhubung dengan MRT, Monorail dan Cablecar untuk  ke Sentosa island. Mall ini dekat pelabuhan tempat kapal-kapal pesiar bersandar. Segera aku mencari diantara kios-kios yang berjajar, menu yang sesuai selera dan bisa diterima perutku. Akhirnya aku memilih mie wonton, nasi ayam dan jus jeruk. 

Sambil menyantap makanan aku memperhatikan sekitarku. Terlihat seorang nenek sedang mendorong rak meja untuk mengambil piring, gelas, sendok, garpu dan peralatan makan lainnya. Nenek berperawakan kecil, berambut lurus, wajah yang cekung berjalan sambil mendorong rak perlahan. Satu persatu peralatan makan tersebut dimasukkan ke rak. Hatiku iba melihatnya. Seharusnya diusia senja dia hanya tinggal menikmati hidup.  Bersantai-santai di rumah sambil bercanda dengan para cucu. Biaya hidup yang tinggi dan kehidupan Singapura yang keras mendorong pemerintah Singapura memberikan kebijaksanaan bagi para pensiunan dan manula untuk bisa bekerja lagi. 

Selesai aku makan tidak lama kemudian nenek itu pun menghampiri untuk mengambil peralatan makan yang tadi aku gunakan. Aku ikut mengangkat mangkok dan meletakkannya di rak.  Nenek itu marah dan tidak suka aku membantunya. Segera aku meminta maaf padanya. Mungkin ini kesalahanku karena dianggap mengganggu pekerjaannya. Padahal niatku hanya ingin membantu. Perlahan nenek itu membereskan semuanya lalu pergi ke meja lain.

Hongkong

Pagi-pagi aku sudah check out dari hotel di daerah Mongkok dan melanjutkan perjalanan ke Hongkong island. Aku berencana ke Stasiun Trem untuk menuju the Peak atau dulu dikenal sebagai  Victoria Peak, kawasan perbukitan dengan pemandangan  gedung- gedung pencakar langit dibawahnya. Dari stasiun MTR Mongkok ke Stasiun MTR HK island, kereta kami melewati terowongan bawah laut. 

Baru saja sampai di Stasiun HK island, tiba-tiba 'panggilan alam' yang mendesak membuatku berusaha mencari toilet disini. Sungguh tidak mudah menemukan toilet di Hongkong. Dari info petugas MTR, toilet ada diluar stasiun ini. Begitu melewati pintu exit, di lorong selasar ada petunjuk ke arah taman. Hhmm biasanya taman sebagai public area pasti ada toilet. Bergegas aku pergi ke taman. Ternyata perkiraanku benar, di sudut taman toilet itu berada. 

Begitu aku masuk toilet tampak petugas cleaning service sedang bertugas. Seorang nenek berambut keriting, bertubuh kurus berjalan tertatih-tatih ingin menancapkan kabel mesin pengepel lantai ke lubang saklar listrik. Setelah mengucap "excuse me!" (entah dia mengerti atau tidak) segera aku masuk ke kamar yang kosong. Tidak lupa bekas botol air mineral aku isi air di wastafel sebelum menuntaskan 'hajatku'. Ini berguna untuk membilas karena tidak ada bidet di toilet ini. Kertas tisu juga disiapkan selain untuk mengelap-ngelap juga agar dudukan wc tetap kering. 

Ketika aku keluar kamar, nenek itu sedang mengepel lantai. Tertatih-tatih dengan gerakan maju-mundur mendorong mesin pengepel lantai. Tidak lupa aku mengucapkan terimakasih kepadanya sebelum meninggalkan toilet itu. Hongkong, what a hardlife!

Teks & foto : Arum Mangkudisastro

http://befreetour.com/id?reff=X3KRF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar