Rabu, 13 November 2019

Naik MRT


Akhirnya kesampaian juga naik MRT di negeri sendiri. Biasanya naik MRT di negri orang (sombong!) Hehehe. Kapan lagi naik MRT dengan Kebaya Bali plus Kain Tenun Lombok, cintailah produk-produk Indonesia. 

Kebetulan lokasi kondangan daerah Jl. Raya TB Simatupang membuatku ingin mencoba MRT jurusan Lebak Bulus - Bundaran HI. Emang niat setelah kondangan naik turun tangga MRT dan busway. Sekalian melunturkan lemak-lemak Kambing Guling, Empal Gentong, Sate, Sapi Lada Hitam. Belum lagi cemilan Somay, Dimsum, Kue, Pudding (ini makan apa kesurupan ya hihihi). 

Ternyata naik turun tangga dengan Kebaya dan kain sungguh sesuatu hehehe. Untunglah tidak sia-sia latihan yoga, latihan prana plus meditasi bikin nafas panjang. Kuatlah buat nanjak cowo, eh naik turun tangga maksudnya ;)

Aku posting juga foto-foto selama naik MRT/MTR di negri orang sebagai perbandingan.

Sabtu, 29 Juni 2019

First timer going abroad


"Nanti kita ke Malaysia dari Singapura naik bus yang mewah juga makanannya enak lho!" Ujar Dini meyakinkanku. Aku pun hanya mengangguk saja karena belum pernah ke luar negeri. Kunjungan pertamaku ke luar negeri bersama teman-teman kantor beberapa waktu yang lalu. Negara pertama yang kukunjungi Singapura dan Malaysia.

Kami membeli tiket bus tipe double decker di Vivocity.

Besok harinya kami naik bus berangkat dari Vivocity harbour menuju Malaysia. Bus double decker ini lumayan bagus menurutku dengan fasilitas ac, toilet, bar lounge karaoke, makan siang dan free WiFi. Mewah menurut temanku. Sayang makan siangnya tidak sesuai dengan seleraku. Rasanya hambar.

Bus kami melewati kantor Imigrasi Singapura. Seluruh penumpang turun untuk stempel paspor keluar. Setelah itu awak bus menghitung dan mengecek keberadaan penumpang sebelum melanjutkan perjalanan.

Bus kami melintasi highway Johor Baru. Kanan Kiri jalan banyak ditanami kelapa sawit. Hawanya jadi panas dan gersang.

Ketika bus memasuki perbatasan Negara Malaysia, seluruh penumpang turun dengan hanya membawa paspor untuk distempel cap. Ketika di bus aku dikasih kertas untuk mengisi form kedatangan. Ternyata dibalik form itu ada tulisan dan coretan bekas orang. Sempat terjadi argumen dan akhirnya aku diberi kertas form baru yang kemudian aku isi.

Insiden kedua terjadi. Temanku Rose kehilangan uang di bus. Uang SGD 100 yang ia simpan dalam dompet tasnya. Sesuai peraturan kami tidak boleh membawa tas koper ke dalam kantor Imigrasi, hanya membawa paspor saja. Aku curiga dengan sepasang penumpang keturunan India yang sempat beranjak dari kursi tempat kami duduk, saat kami masuk bus setelah dari kantor imigrasi.

Akhirnya kami tiba di parkiran Hotel kawasan KLCC. Tepat di depan menara kembar Petronas. Disini juga sebagai tempat meeting point kami untuk naik bus kembali ke Singapura.

Kegiatan kami di KLCC pastinya berfoto dengan latar belakang menara kembar Petronas. Shopping sepatu local brand, t-shirt original official merchandise Petronas, dan coklat seharga MYR 100 di mal KLCC.

Kami juga mengitari komplek KLCC dan bersantai di taman. Menjelang pukul 3 sore kami ke tempat meeting point bus untuk kembali ke Singapura.

Pelajaran yang dapat aku ambil dari insiden tersebut agar kita selalu hati-hati, waspada dan tidak lengah ketika berada di negeri orang.

Selasa, 26 Maret 2019

The Peak & Madamme Tussaud Hongkong


Naik-naik ke puncak gunung, tinggi-tinggi sekali. HK island datarannya tidak rata karena berupa bukit dan tebing yang tinggi. Jalan-jalannya pun tidak selebar jalan di Jakarta. Dari taman dekat stasiun  MTR aku berjalan ke arah stasiun the Peak Tram. Rencana naik satu-satunya Trem kuno jurusan the Peak/Victoria peak, sebagai puncak tertinggi di  pulau ini. Selain itu mau mengunjungi museum lilin Madamme Tussaud yang satu gedung dengan the Peak. Jaraknya dekat tetapi karena menanjak jadi terasa jauh. Aaahh.

Sampai di stasiun trem, ternyata loket nya belum buka. Wah, menunggu lagi. Daripada bosan menunggu akhirnya aku melintasi jalan menurun ke kawasan perkantoran yang terkenal dengan gedung-gedungnya yang tinggi. Tiba-tiba turun hujan. Cuaca di sini memang tidak menentu. Segera aku pakai mantel hujan.


Pilihanku ke HSBC building. Bangunan bank yang bersejarah juga salah satu ikon Hongkong. Maskot HSBC building adalah sepasang Singa yang berada di kanan dan kiri pintu gerbang gedung ini. Maskot ini ada di mata uang Dollar Hongkong. Konon bila kita memegang cakar singa ini akan mendapat keberuntungan, kemakmuran dan kejayaan. Aamiinn.


Balik lagi ke stasiun trem. Ooh harus jalan menanjak lagi. Sampai stasiun, loket sudah buka. Beli tiket pp daripada kehabisan tiket nanti tidak bisa pulang. Tidak lama kereta trem pun datang. Yeeaay akhirnya bisa naik trem. Trem jalan menanjak. Trem ini hanya punya satu jalur rel. Jadi bila turun trem ini akan bergerak mundur.


Setelah keluar stasiun aku menuju gedung mall yang roof top nya disebut the Peak 360. Menaiki beberapa eskalator agar sampai ke atas. Well, always good view from top.


Yeehaa ke museum lilin Madam Tussaud lagi. Biarpun sudah pernah di Bangkok tetapi di Hongkong belum. Begitu masuk kita langsung berpose dengan Jackie Chan aktor laga Hong Kong. Berfoto dengan karya Perupa Jepang yang eksentrik Yayoi Kusama. 


Weeeiittss jangan lupa foto bareng RI 1. "Pak Jokowi, tanyao saya kuis apa saja, mau Pancasila, nama ikan, nama provinsi, saya siap menjawab!". Demi sepeda ahaaayy.

Senin, 25 Maret 2019

Meet Founding Father @ Madamme Tussaud Bangkok


Yes! Akhirnya aku sampai di Madamme Tussaud Bangkok. Sempat sport jantung karena aku berangkat dari Pattaya. Kalau sampai aku datang terlambat bisa-bisa tiket masukku hangus.


Berbaris mengambil antrian. Tiap pengunjung harus antri masuk bergantian ke dalam. Menjaga agar dalam ruangan tidak penuh orang.

Begitu aku masuk patung pemimpin Thailand Raja Bhumibol Adulyadej, Ratu Sirikit disebelah kanan dan Sang Proklamator Presiden Soekarno disebelah kiri tampak menyambut.

Aku berfoto bersama hampir semua patung lilin tokoh dunia, aktris, aktor juga tokoh anime. Mencoba menjadi Ratu Inggris, meniru adegan perang, hingga bergaya protokoler bersama Presiden Barack Obama.



Ber-monorail ria ke Sentosa island


Melewati sarapan dihotel daerah Little India, aku berangkat menuju stasiun MRT Farrer Park. Ternyata stasiunnya belum buka. Oh rupanya belum tepat jam 6 pagi. Pengunjung yang lain menunggu dengan duduk di anak tangga atau di lantai stasiun. Perlahan pintu besi yang dikendalikan komputer mulai terbuka, jeruji besinya terangkat ke atas langit-langit stasiun. Pertanda sudah tepat jam 6 pagi. 

Aku naik eskalator untuk menuruni tangga. Berdiri disisi kiri, mempersilahkan pengunjung yang lain untuk mendahuluiku disisi kanan. Rencanaku hari ini ke Sentosa Island lalu ke airport untuk kembali ke Jakarta. Untuk ke Sentosa island MRT harus transit di stasiun Vivocity. Lalu dilanjutkan naik monorail atau cable car. Bisa juga naik bus menyebrangi jembatan menuju pulau ini, tetapi aku lebih memilih naik monorail.

Sampai di stasiun Vivocity pintunya belum buka. Lampu-lampu belum dinyalakan. Stasiun mulai beroperasi jam 7.30 pagi. Well, aku menunggu lagi. 

Tarif dikenakan sekali Tap masuk ke stasiun monorail. Monorail transportasi yang mengelilingi pulau. Kita bisa pulang pergi, naik turun kapan saja. Ada 3 stasiun monorail. Di tiap stasiun aku berhenti. 

Tiba di pulau hujan mulai turun akhirnya aku berteduh sambil minum kopi dan makan roti di cafe menunggu hujan reda.
Tempat-tempat yang aku kunjungi Lake of Dream, Sentosa Merlion, Siloso beach. Setelah dirasa cukup, aku lanjut ke airport untuk kembali ke Jakarta .

Minggu, 24 Maret 2019

Tsim Sha Tsui diwaktu malam


Suara riuh penonton memberikan applause kepada grup band yang memainkan ensemble musik. Aku menonton pertunjukkan itu sambil duduk di anak tangga open space, ruang terbuka untuk umum. Di early weekend atau jumat malam ternyata Victoria harbour dipenuhi wisatawan dan warga Hongkong sekedar bersantai, nongkrong bersama teman, pacar, kolega maupun dengan keluarga. 


Memandang HK island dikejauhan yang dipenuhi gedung pencakar langit dengan gemerlap bertaburan cahaya. Ada gedung HSBC, Bank of China dan Giant Wheel. Kapal-kapal hilir mudik di selat yang memisahkan Island dan Kowloon. 


Aku mendengar percakapan dalam bahasa Rusia dari sepasang suami istri yang duduk tidak jauh dari tempatku berdiri memotret. Tiba-tiba seorang gadis mengajakku berbicara dalam bahasa China memintaku mengajarinya cara menggunakan kameranya. OMG, how to teach her?


Ini adalah kunjungan pertamaku ke Hongkong. Pesawat kami baru landing menjelang malam setelah sebelumnya transit di Kuala Lumpur. Aku lanjut naik bus double decker ke Tsim Sha Tsui. Setelah check in hotel aku langsung ke Victoria harbour. 


Hanya malam ini aku menginap di daerah Tsim Sha Tsui, karena esok harinya aku menginap di daerah Mongkok yang terkenal dengan Ladies Market-nya, pasar yang menjual pernak-pernik kebutuhan perempuan. Shopping, Cyin!


Sabtu, 23 Maret 2019

My traveling's Stuffs


Barang-barang yang menemani perjalananku

Koper dan topi



Sony action camera plus kacamata



Sony camera


Aktifitas traveling-pun lancar


Ketemu kembaranku



Macau memukau


Aku berlarian dengan sisa tenaga yang kumiliki ke ferry gate untuk menyebrang dari Hongkong ke Macau. 15 menit kemudian kapal ferry kami berangkat. Huufft hampir saja aku tertinggal. Sebelumnya aku berjalan kaki kurang lebih 1 km dari Victoria harbour Tsim Tsa Tsui ke ferry terminal (lihat di peta jaraknya dekat).

Tiba di pelabuhan Macau aku ke free shuttle bus untuk ke Parisian dan Venetian Macau. Parisian dan Venetian Macau adalah casino, hotel dan shopping mall yang mewah lengkap dengan ikon kota Paris, miniatur Menara Eiffel dan ikon kota Venesia dengan kanal sungai dan perahunya. Macau memang Las Vegas-nya Asia. Ternyata sudah jam makan siang pantas saja perutku terasa lapar, aku pun makan siang di foodcourt Venetian Macau.


Setelah makan siang masih menggunakan free shuttle bus lanjut ke Senado Square, kawasan kota tua di Macau. Senado square, seperti alun-alun dengan air mancur ditengahnya. Sebagai negara bekas jajahan Portugal, arsitektur bangunan, nama tempat, papan petunjuk, display dan nama jalan masih menggunakan bahasa Portugal. 

Menyusuri jalan menuju reruntuhan Gereja St. Paul yang terbakar. Di kanan-kiri banyak toko makanan dan oleh-oleh.Sempat naik ke atas bukit tempat benteng La Fortessa berada, berdekatan dengan Gereja St. Paul. 

Jangan lupa mencicipi eggtart atau pai telur yang banyak dijual disini. Rasanya enak banget. Satu potong tidak cukup buatku.