Selasa, 26 Maret 2019

The Peak & Madamme Tussaud Hongkong


Naik-naik ke puncak gunung, tinggi-tinggi sekali. HK island datarannya tidak rata karena berupa bukit dan tebing yang tinggi. Jalan-jalannya pun tidak selebar jalan di Jakarta. Dari taman dekat stasiun  MTR aku berjalan ke arah stasiun the Peak Tram. Rencana naik satu-satunya Trem kuno jurusan the Peak/Victoria peak, sebagai puncak tertinggi di  pulau ini. Selain itu mau mengunjungi museum lilin Madamme Tussaud yang satu gedung dengan the Peak. Jaraknya dekat tetapi karena menanjak jadi terasa jauh. Aaahh.

Sampai di stasiun trem, ternyata loket nya belum buka. Wah, menunggu lagi. Daripada bosan menunggu akhirnya aku melintasi jalan menurun ke kawasan perkantoran yang terkenal dengan gedung-gedungnya yang tinggi. Tiba-tiba turun hujan. Cuaca di sini memang tidak menentu. Segera aku pakai mantel hujan.


Pilihanku ke HSBC building. Bangunan bank yang bersejarah juga salah satu ikon Hongkong. Maskot HSBC building adalah sepasang Singa yang berada di kanan dan kiri pintu gerbang gedung ini. Maskot ini ada di mata uang Dollar Hongkong. Konon bila kita memegang cakar singa ini akan mendapat keberuntungan, kemakmuran dan kejayaan. Aamiinn.


Balik lagi ke stasiun trem. Ooh harus jalan menanjak lagi. Sampai stasiun, loket sudah buka. Beli tiket pp daripada kehabisan tiket nanti tidak bisa pulang. Tidak lama kereta trem pun datang. Yeeaay akhirnya bisa naik trem. Trem jalan menanjak. Trem ini hanya punya satu jalur rel. Jadi bila turun trem ini akan bergerak mundur.


Setelah keluar stasiun aku menuju gedung mall yang roof top nya disebut the Peak 360. Menaiki beberapa eskalator agar sampai ke atas. Well, always good view from top.


Yeehaa ke museum lilin Madam Tussaud lagi. Biarpun sudah pernah di Bangkok tetapi di Hongkong belum. Begitu masuk kita langsung berpose dengan Jackie Chan aktor laga Hong Kong. Berfoto dengan karya Perupa Jepang yang eksentrik Yayoi Kusama. 


Weeeiittss jangan lupa foto bareng RI 1. "Pak Jokowi, tanyao saya kuis apa saja, mau Pancasila, nama ikan, nama provinsi, saya siap menjawab!". Demi sepeda ahaaayy.

Senin, 25 Maret 2019

Meet Founding Father @ Madamme Tussaud Bangkok


Yes! Akhirnya aku sampai di Madamme Tussaud Bangkok. Sempat sport jantung karena aku berangkat dari Pattaya. Kalau sampai aku datang terlambat bisa-bisa tiket masukku hangus.


Berbaris mengambil antrian. Tiap pengunjung harus antri masuk bergantian ke dalam. Menjaga agar dalam ruangan tidak penuh orang.

Begitu aku masuk patung pemimpin Thailand Raja Bhumibol Adulyadej, Ratu Sirikit disebelah kanan dan Sang Proklamator Presiden Soekarno disebelah kiri tampak menyambut.

Aku berfoto bersama hampir semua patung lilin tokoh dunia, aktris, aktor juga tokoh anime. Mencoba menjadi Ratu Inggris, meniru adegan perang, hingga bergaya protokoler bersama Presiden Barack Obama.



Ber-monorail ria ke Sentosa island


Melewati sarapan dihotel daerah Little India, aku berangkat menuju stasiun MRT Farrer Park. Ternyata stasiunnya belum buka. Oh rupanya belum tepat jam 6 pagi. Pengunjung yang lain menunggu dengan duduk di anak tangga atau di lantai stasiun. Perlahan pintu besi yang dikendalikan komputer mulai terbuka, jeruji besinya terangkat ke atas langit-langit stasiun. Pertanda sudah tepat jam 6 pagi. 

Aku naik eskalator untuk menuruni tangga. Berdiri disisi kiri, mempersilahkan pengunjung yang lain untuk mendahuluiku disisi kanan. Rencanaku hari ini ke Sentosa Island lalu ke airport untuk kembali ke Jakarta. Untuk ke Sentosa island MRT harus transit di stasiun Vivocity. Lalu dilanjutkan naik monorail atau cable car. Bisa juga naik bus menyebrangi jembatan menuju pulau ini, tetapi aku lebih memilih naik monorail.

Sampai di stasiun Vivocity pintunya belum buka. Lampu-lampu belum dinyalakan. Stasiun mulai beroperasi jam 7.30 pagi. Well, aku menunggu lagi. 

Tarif dikenakan sekali Tap masuk ke stasiun monorail. Monorail transportasi yang mengelilingi pulau. Kita bisa pulang pergi, naik turun kapan saja. Ada 3 stasiun monorail. Di tiap stasiun aku berhenti. 

Tiba di pulau hujan mulai turun akhirnya aku berteduh sambil minum kopi dan makan roti di cafe menunggu hujan reda.
Tempat-tempat yang aku kunjungi Lake of Dream, Sentosa Merlion, Siloso beach. Setelah dirasa cukup, aku lanjut ke airport untuk kembali ke Jakarta .

Minggu, 24 Maret 2019

Tsim Sha Tsui diwaktu malam


Suara riuh penonton memberikan applause kepada grup band yang memainkan ensemble musik. Aku menonton pertunjukkan itu sambil duduk di anak tangga open space, ruang terbuka untuk umum. Di early weekend atau jumat malam ternyata Victoria harbour dipenuhi wisatawan dan warga Hongkong sekedar bersantai, nongkrong bersama teman, pacar, kolega maupun dengan keluarga. 


Memandang HK island dikejauhan yang dipenuhi gedung pencakar langit dengan gemerlap bertaburan cahaya. Ada gedung HSBC, Bank of China dan Giant Wheel. Kapal-kapal hilir mudik di selat yang memisahkan Island dan Kowloon. 


Aku mendengar percakapan dalam bahasa Rusia dari sepasang suami istri yang duduk tidak jauh dari tempatku berdiri memotret. Tiba-tiba seorang gadis mengajakku berbicara dalam bahasa China memintaku mengajarinya cara menggunakan kameranya. OMG, how to teach her?


Ini adalah kunjungan pertamaku ke Hongkong. Pesawat kami baru landing menjelang malam setelah sebelumnya transit di Kuala Lumpur. Aku lanjut naik bus double decker ke Tsim Sha Tsui. Setelah check in hotel aku langsung ke Victoria harbour. 


Hanya malam ini aku menginap di daerah Tsim Sha Tsui, karena esok harinya aku menginap di daerah Mongkok yang terkenal dengan Ladies Market-nya, pasar yang menjual pernak-pernik kebutuhan perempuan. Shopping, Cyin!


Sabtu, 23 Maret 2019

My traveling's Stuffs


Barang-barang yang menemani perjalananku

Koper dan topi



Sony action camera plus kacamata



Sony camera


Aktifitas traveling-pun lancar


Ketemu kembaranku



Macau memukau


Aku berlarian dengan sisa tenaga yang kumiliki ke ferry gate untuk menyebrang dari Hongkong ke Macau. 15 menit kemudian kapal ferry kami berangkat. Huufft hampir saja aku tertinggal. Sebelumnya aku berjalan kaki kurang lebih 1 km dari Victoria harbour Tsim Tsa Tsui ke ferry terminal (lihat di peta jaraknya dekat).

Tiba di pelabuhan Macau aku ke free shuttle bus untuk ke Parisian dan Venetian Macau. Parisian dan Venetian Macau adalah casino, hotel dan shopping mall yang mewah lengkap dengan ikon kota Paris, miniatur Menara Eiffel dan ikon kota Venesia dengan kanal sungai dan perahunya. Macau memang Las Vegas-nya Asia. Ternyata sudah jam makan siang pantas saja perutku terasa lapar, aku pun makan siang di foodcourt Venetian Macau.


Setelah makan siang masih menggunakan free shuttle bus lanjut ke Senado Square, kawasan kota tua di Macau. Senado square, seperti alun-alun dengan air mancur ditengahnya. Sebagai negara bekas jajahan Portugal, arsitektur bangunan, nama tempat, papan petunjuk, display dan nama jalan masih menggunakan bahasa Portugal. 

Menyusuri jalan menuju reruntuhan Gereja St. Paul yang terbakar. Di kanan-kiri banyak toko makanan dan oleh-oleh.Sempat naik ke atas bukit tempat benteng La Fortessa berada, berdekatan dengan Gereja St. Paul. 

Jangan lupa mencicipi eggtart atau pai telur yang banyak dijual disini. Rasanya enak banget. Satu potong tidak cukup buatku.

Melangkah ke Melaka



Sekitar jam 9.30 pagi dari Kuala Lumpur International Airport2 aku naik bus Transnasional jurusan Melaka. Jarak tempuh kurang lebih dua jam cukuplah untuk tidur selama diperjalanan.

Tibalah aku diterminal bus Melaka. Setelah menitipkan koper disini, aku naik bus menuju Dutch Square atau kawasan kota tua Melaka. Sekitar duapuluh menit aku sampai di kota tua.

Mengunjungi Gereja, Fountain/air mancur, benteng di tepi sungai, kelenteng, benteng di atas bukit. Tidak lupa minum air es jeruk khas Melaka penawar dahaga. Setelah cukup mengunjungi Dutch square, aku kembali ke terminal dengan order driver online. Bus menuju KL telah siap berangkat.

Sejenak di Pattaya



"What? Tomorrow morning you're going back to Bangkok? You're just come this evening!" Seru pemilik hotel Jean Boutique tempat aku menginap di Pattàya. Seorang pria paruh baya yang ramah dan fasih berbahasa Inggris. Sepertinya dia terkejut dengan gaya traveling-ku. Aku memang hanya semalam menginap disini, oleh karena itu aku akan menghabiskan malam di Pattaya dengan hunting street food di pinggir pantai. Kebetulan hotel kami tidak jauh dari jalan utama yang terletak dipinggir pantai dan dekat dengan Museum Teddy Bear.

Selesai mandi aku mulai jalan-jalan malam. Menyusuri trotoar membeli beberapa jajanan. Kebab ayam, Sop ayam dengan mie, pancake pisang sebagai menu makan malam. Aku duduk di taman pantai menyantap makanan sambil memandang laut dihadapan diterangi cahaya bulan purnama.

Ketika sedang asik makan, dari tempat aku duduk terdengar teriakan seorang pemuda. Ketika aku menoleh ke kanan tampak pemuda itu sedang bermain air laut dan pasir pantai sambil terus berteriak. Pemuda kurus kerempeng berkaos coklat dan bercelana pendek. Sepertinya dia sedang mabuk. Botol minuman keras ada didekatnya. Dia terus berteriak meracau tak karuan. Untunglah makananku sudah habis, aku pun segera pergi dari tempat itu untuk kembali ke hotel.


Aku mampir ke Museum Teddy Bear yang terletak tepat di depan gang menuju hotelku. Membeli permen durian di kios samping museum, mantap rasanya. Tak terasa malam kian larut aku harus kembali ke kamar untuk bobo cantik. Besok masih banyak tempat yang harus dikunjungi.


Sehabis dandan cantik-cantik langsung pergi ke pantai menikmati pagi di Pattaya. Angin laut keras menerpa wajahku. Sayang kondisi pantai masih ada sampah botol-botol minuman sisa semalam. Mungkin karena masih pagi petugas kebersihannya belum bertugas.

Balik ke hotel untuk sarapan. Duduk di kursi meja pinggir kolam renang sambil menunggu sarapanku yang sedang disiapkan. Menu sarapanku nasi goreng ala Pattaya.  Saat sedang sarapan,  Driver yang aku pesan kemarin telah datang untuk mengantar kami sampai terminal bus Pattaya. 


Lanjut naik bus menuju kota Bangkok. Semoga tidak macet karena aku harus tiba di museum patung lilin Madamme Tussaud sebelum siang atau tiketku bisa hangus kalau tidak sesuai tanggal dan jam masuk.

http://befreetour.com/id?reff=X3KRF

Jumat, 22 Maret 2019

Tarot



Tarot berarti "jalan utama hidup". Bangsa Mesir menyebutnya sebagai jalan para bangsawan. Bahasa Sanskrit menyebutnya sebagai roda hidup. Bahasa Arab menyebutnya sebagai "Turuq" atau empat jalan, sebagaimana tergambar dari empat simbol yang terdapat di Arkarna. 

Dalam Islam lebih dikenal dengan kata "Tarekat". Suatu paguyuban tarekat Islam menggunakan pengetahuan tarot sebagai ujian pendalaman tingkat karomahnya, tingkat pencerahannya. Tarot sebagai alat mediator mampu mengungkap secercah rahasia diluar ruang dan waktu.

Aku menggunakan media tarot sebagai latihan mempertajam intuisi disamping pencerah dikala galau.haaiiiaaah.

Downtown Survivor

Singapore

Selepas dari Sentosa island, aku mampir ke foodcourt Vivocity mall untuk makan siang menjelang sore. Vivocity adalah mall yang terhubung dengan MRT, Monorail dan Cablecar untuk  ke Sentosa island. Mall ini dekat pelabuhan tempat kapal-kapal pesiar bersandar. Segera aku mencari diantara kios-kios yang berjajar, menu yang sesuai selera dan bisa diterima perutku. Akhirnya aku memilih mie wonton, nasi ayam dan jus jeruk. 

Sambil menyantap makanan aku memperhatikan sekitarku. Terlihat seorang nenek sedang mendorong rak meja untuk mengambil piring, gelas, sendok, garpu dan peralatan makan lainnya. Nenek berperawakan kecil, berambut lurus, wajah yang cekung berjalan sambil mendorong rak perlahan. Satu persatu peralatan makan tersebut dimasukkan ke rak. Hatiku iba melihatnya. Seharusnya diusia senja dia hanya tinggal menikmati hidup.  Bersantai-santai di rumah sambil bercanda dengan para cucu. Biaya hidup yang tinggi dan kehidupan Singapura yang keras mendorong pemerintah Singapura memberikan kebijaksanaan bagi para pensiunan dan manula untuk bisa bekerja lagi. 

Selesai aku makan tidak lama kemudian nenek itu pun menghampiri untuk mengambil peralatan makan yang tadi aku gunakan. Aku ikut mengangkat mangkok dan meletakkannya di rak.  Nenek itu marah dan tidak suka aku membantunya. Segera aku meminta maaf padanya. Mungkin ini kesalahanku karena dianggap mengganggu pekerjaannya. Padahal niatku hanya ingin membantu. Perlahan nenek itu membereskan semuanya lalu pergi ke meja lain.

Hongkong

Pagi-pagi aku sudah check out dari hotel di daerah Mongkok dan melanjutkan perjalanan ke Hongkong island. Aku berencana ke Stasiun Trem untuk menuju the Peak atau dulu dikenal sebagai  Victoria Peak, kawasan perbukitan dengan pemandangan  gedung- gedung pencakar langit dibawahnya. Dari stasiun MTR Mongkok ke Stasiun MTR HK island, kereta kami melewati terowongan bawah laut. 

Baru saja sampai di Stasiun HK island, tiba-tiba 'panggilan alam' yang mendesak membuatku berusaha mencari toilet disini. Sungguh tidak mudah menemukan toilet di Hongkong. Dari info petugas MTR, toilet ada diluar stasiun ini. Begitu melewati pintu exit, di lorong selasar ada petunjuk ke arah taman. Hhmm biasanya taman sebagai public area pasti ada toilet. Bergegas aku pergi ke taman. Ternyata perkiraanku benar, di sudut taman toilet itu berada. 

Begitu aku masuk toilet tampak petugas cleaning service sedang bertugas. Seorang nenek berambut keriting, bertubuh kurus berjalan tertatih-tatih ingin menancapkan kabel mesin pengepel lantai ke lubang saklar listrik. Setelah mengucap "excuse me!" (entah dia mengerti atau tidak) segera aku masuk ke kamar yang kosong. Tidak lupa bekas botol air mineral aku isi air di wastafel sebelum menuntaskan 'hajatku'. Ini berguna untuk membilas karena tidak ada bidet di toilet ini. Kertas tisu juga disiapkan selain untuk mengelap-ngelap juga agar dudukan wc tetap kering. 

Ketika aku keluar kamar, nenek itu sedang mengepel lantai. Tertatih-tatih dengan gerakan maju-mundur mendorong mesin pengepel lantai. Tidak lupa aku mengucapkan terimakasih kepadanya sebelum meninggalkan toilet itu. Hongkong, what a hardlife!

Teks & foto : Arum Mangkudisastro

http://befreetour.com/id?reff=X3KRF